Rabu, 24 September 2008

Bahaya Styrofoam

Styrofoam masih tergolong (keluarga) plastik karena terbuat dari
Poli Stiren. Bahan yang lebih dikenal sebagai gabus ini memang praktis,
ringan, relatif tahan bocor dan bisa menjaga suhu makanan dengan baik. Inilah
yang membuat bahan ini amat disukai dan banyak dipakai, termasuk dalam industri
makanan instan. Namun bahan ini sebenarnya tak kalah berbahaya dengan plastik.
Dari hasil survei di AS tahun 1986, 100% jaringan lemak orang Amerika
mengandung stiren yang berasal dari styrofoam. Bahkan pada penelitian 2 tahun
berikut, kandungan stiren sudah mencapai ambang batas yang bisa memunculkan
gejala gangguan syaraf. Sebuah studi di New Jersey, AS, menemukan bahwa 75%
ASI mengalami kontaminasi stiren yang berasal dari konsumsi ibu yang
menggunakan wadah styrofoam. Pada ibu-ibu yang mengandung, stiren juga bisa
bermigrasi ke janin melalui plasenta.
Dampak jangka panjang dari menumpuknya stiren di dalam tubuh adalah gejala
saraf seperti kelelahan, nervous, sulit tidur dan anemia. Pada anak, selain
menyebabkan kanker, sekian tahun kemudian stiren juga menyerang sistem
reproduksinya. Kesuburan menurun, bahkan mandul. Anak yang terbiasa
mengkonsumsi stiren juga bisa kehilangan kreatifitas dan pasif.
Styrofoam, sebagaimana plastik, bersifat reaktif terhadap suhu tinggi.
Padahal, salah satu kelebihan styrofoam yang banyak diambil manfaatnya adalah
kemampuannya menahan panas. Produk-produk sup dan minuman hangat di restoran
cepat saji menggunakan wadah ini. Begitu pula produk-produk makanan instan,
mesti diseduh dalam wadahnya yang terbuat dari styrofoam. Mie instan, bubuh
ayam instan misalnya.
Stiren, bahan dasar styrofoam bersifat larut dalam lemak dan alkohol.
Berarti wadah dari jenis ini tidak cocok dijadikan wadah susu atau yoghurt yang
mengandung lemak tinggi. Begitu juga dengan kopi yang dicampur krim.
Dengan sifat-sifatnya seperti itu, sudah selayaknya kita lebih berhati-hati
menggunakan styrofoam. Kalau hendak menggunakan styrofoam untuk menjaga
makanan tetap hangat, sebaiknya makanan dimasukkan terlebih dahulu dalam wadah
tahan panas dan dijaga tidak ada kontak langsung dengan styrofoam. Sedangkan
penggunaannya sebagai wadah, harus diperhatikan untuk mendinginkan makanan
terlebih dahulu sebelum memasukkan ke dalam wadah styrofoam. Makanan instan dan
restoran yang menggunakan wadah ini sebaiknya dihindari demi menjaga kesehatan
kita dan keluarga. (Jurnal Halal LP POM MUI)

2 komentar:

icha mengatakan...

alow aLFHie...

BloG Qm BgZ y..

OwY kRiM'n Q kOmEn bLiK y dI icha-cho2straw.blogspot.com

Rossa Hidayah mengatakan...

halo ryma..

blognYa bUagus dch..